JAKARTA- Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menyelenggarakan “Silaturahmi Seniman Betawi Dalam Rangka Penguatan Budaya Betawi di Jabodetabek”. Acara ini digelar Kamis, 17 Desember 2020 di Kampung Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sebayak 27 seniman dan budayawan serta wakil dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dari Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang hadir dalam acara yang pertama kali digelar ini.
Dalam sambutan pembukaan Ketua Umum LKB H. Beki Mardani mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang sudah cukup jauh datang ke Setu Babakan. Beki Mardani mengungkapkan bahwa budaya Betawi saat ini sudah makin tersebar.
“Secara demografi orang Betawi tidak hanya tinggal di Jakarta, tapi sudah menyebar. Data yang saya baca, Sensus tahun 2010, sudah 20 persen orang Betawi yang bermigrasi ke luar Jakarta. Di Depok saja tercatat 36 persen penduduknya adalah orang Betawi. Jadi orang Betawi itu sudah kemana-mana, bahkan juga sampai luar Pulau Jawa. Fakta ini harus kita respon agar pemerintah bisa menentukan kebijakan yang tepat untuk budaya Betawi,” kata Beki Mardani yang biasa dipanggil Bang Beki.
Di wilayah non Jakarta, saat ini seniman Betawi belum dilindungi dalam payung hukum sebagai pijakan. Sementara pemerintah provinsi DKI, sudah memiliki Perda No 4 Tahun 2015, dan Pergub No 229 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi dan Pergub No 11 Tahun 2017 tentang Ikon Betawi.
Ondel Ondel
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, menyatakan kegembiraan dan berterima kasih kepada LKB yang telah menginisiasi acara silaturahmi ini. Di hadapan para seniman dan budayawan, Iwan mengungkapkan salah satu tantangan yang harus dicari solusinya saat ini adalah masalah ondel-ondel yang sekarang dijadikan alat untuk mengemis. Seperti diketahui bahwa ondel-ondel sudah ditetapkan sebagai salah ikon budaya Betawi oleh Pemda DKI Jakarta. Namun belakangan ondel-ondel dijadikan alat buat mengamen dan mengemis.
“Kita harus sepakat membedakan antara pengamen dan pengemis. Pengamen adalah orang yang tampil dan memberikan jasa, kemudian orang yang merasa puas karena penampilannya memberi imbalan. Jadi ngamen itu boleh. Tapi yang terjadi pada ondel-ondel belakangan ini sudah tidak sesuai pakem, karena sudah dijadikan alat untuk mengemis,” kata Iwan.
Iwan menambahkan bahwa mengemis sudah mengganggu ketertiban umum. Karena itu penanganannya harus melibatkan pihak lain karena sudah merambah pada Peraturan Daerah (Perda) tentang Ketertiban Umum.
“Pengemis yang menggunakan ondel-ondel yang bisa menurunkan martabat, masuknya pada Perda Ketertiban Umum. Untuk itu yang paling baik yang bisa kita lakukan adalah memberi edukasi dan pembinaan kepada sanggar ondel-ondel agar tidak menyewakan ondel-ondel untuk mengemis. Jadi, masalah ondel-ondel ini harus kita selesaikan dengan baik,” kata Iwan lagi.
Mengenai silaturahmi ini Iwan berharap selanjutnya bisa dilakukan secara reguler dan tidak hanya di Jakarta, tapi berkeliling ke wilayah lainnya. Yahya Andi Saputra, Ketua Libtang Lembaga Kebudayaan Betawi, mengungkapkan melalui silaturahmi ini diharapkan komunikasi dan hubungan antar budayawan di Jakarta dengan berbagai daerah di Bodetabek bisa terjalin lebih erat. “Ini menjadi langkah penting kita untuk menyelaraskan langkah kita dalam rangka memperkuat dan memajukan budaya Betawi,” kata Yahya.
Pada akhir acara para seniman dan budayawan sepakat antara lain akan melakukan pertemuan lebih lanjut, sehingga upaya pemajuan budaya Betawi bisa lebih cepat.
Acara silaturahmi ini digelar dengan tetap mematuhi standar kesehatan 3M (Mencuci tangan, Menjaga Jarak dan Memakai masker). Para peserta akan duduk berjarak, namun tetap dalam suasana akrab dan setara, sebagaimana semangat budaya Betawi yang menjunjung tinggi sikap yang egaliter.