Relevansi Perjuangan MH. Thamrin & Perhimpoenan Kaoem Betawi

Mohammad Husni Thamrin, atau lebih dikenal sebagai Mat Aseni oleh teman-teman sekampungnya, merupakan pahlawan nasional kelahiran Sawah Besar (orang Betawi menyebut Sao Besar), pada 16 Februari 1894. Dia berasal dari keluarga “gado-gado”. Kakeknya, Tuan Ort, berkebangsaan Inggris, yang menikah dengan neneknya Thamrin, Noeraini, seorang perempuan pribumi Betawi.

JJ Rizal mengungkapkan, Thamrin memilih bergerak meninggalkan kenyamanan sebagai orang superkaya Batavia dan keturunan Eropa. Ia lebih memilih memperjuangkan kaum Betawi yang kampungnya telah dirusak. Mulai dari soal tanah orang Betawi yang diserobot, nasib kampung yang dihinakan, sampai urusan minyak tanah.

Thamrin, keluar masuk kampung becek, mandi di Kali Ciliwung, bergaul bahkan tidur bersama kalangan jelata. Ia menekankan pentingnya perbaikan jalan-jalan kampung dan sanitasi di Batavia pada masa itu. Dan Thamrin bersama Abu Bakar termasuk orang pertama yang mengkritik soal pembebasan lahan di Menteng, sebuah area pemukiman mewah pertama di masa kolonial Belanda.

Namun apakah cukup kita hanya memperingati ulang tahun Thamrin setiap tanggal 16 Februari untuk dijadikan pengingat kelahiran seorang pejuang Betawi pembela kaum miskin kota di pentas politik masa kolonial Belanda? Dan berpikir seolah-olah tanggung jawab penggerak perubahan sosial berikutnya hanya pada seorang agen seperti Thamrin tanpa berupaya melibatkan struktur dalam perubahan sosial.

Anthony Giddens (2010) menekankan pentingnya keberadaan ruang dan waktu dalam perubahan sosial. Gagasan tersebut menunjukkan bahwa ruang dan waktu tidak hanya dipandang sebagai arena, tetapi menjadi setting dari berbagai praktik dan rutinitas sosial. Dalam realitasnya, agen akan dibentuk dan membentuk struktur dalam perentangan ruang dan waktu yang melatarbelakangi berbagai interaksinya.

Untuk itu perlu juga kita sedikit mengulas sejarah kehadiran Perhimpoenan Kaoem Betawi yang merupakan perkumpulan politik pertama dari masyarakat Betawi yang menggunakan nama Betawi sebagai identitasnya. Permohonan pendiriannya pada tanggal 4 April 1923 oleh Masserie dan M. Damiri selaku Ketua dan Sekretaris perhimpoenan. Namun baru diakui pendirian sebagai badan hukum oleh pemerintah kolonial pada  22 Desember 1923. Walaupun dalam Besluit Perhimpoenan Kaoem Betawi dinyatakan bahwa perhimpoenan telah berdiri 29 tahun atau sejak tahun 1894.

Perhimpoenan ini lahir sebagai hasil dari meluasnya pendidikan barat di kalangan orang Betawi akibat dari politik etis pemerintah kolonial Belanda.  Dalam perkembangan kemudian timbul semangat di antara organisasi-organisasi kedaerahan yang ada di Batavia termasuk Perhimpoenan Kaoem Betawi untuk melepas kedaerahan mereka menuju solidaritas kesatuan Indonesia yang melahirkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Siswantari dalam diskusi Betawi Kita ke-33 pada 21 Juli 2019 menyebutkan bahwa tujuan pendirian Perhimpoenan Kaoem Betawi seperti  yang tercantum dalam Majalah Tjahaja Betawi pada 15 Juli 1923 adalah sebagai berikut :

  • Memadjoekan Boemipoetera Betawi serta sekalian Boemipoetera Hindia Nederland, dalam hal onderwijs, perniagaan dan pertoekangan.
  • Memperhatikan segala keperloean bagi Boemipoetera Betawi serta sekalian Boemipoetera di Hindia-Nederland dengan daja oepaja jang tiada melanggar wet negeri teroetama perihal kesehatan.

Setelah Thamrin masuk ke dalam Parindra tahun 1935 dan selepas kepemimpinan Abdul Manaf di Perhimpoenan Kaoem Betawi pada tahun 1940 sepertinya orang Betawi belum menemukan kembali seorang tokoh pejuang kaum Betawi yang gigih membela kepentingan nasib kaum miskin kota dan hadirnya kembali organisasi seperti Perhimpoenan Kaoem Betawi yang gigih memperjuangkan solidaritas kaum Betawi sekaligus persatuan kebangsaan Indonesia.

Lanjut: Membangun Tokoh Politik Betawi.

*Oleh : Roni Adi – Ketua Perkumpulan Betawi Kita & Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi

By BangBul

betawipedia.com adalah situs informasi mengenai segala hal tentang Betawi. Mencakup aktivtas warga betawi, seni, budaya dan sejarah Betawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *