Bandeng Jumbo Dipindang, Hati Jadi Girang

Bandeng Jumbo Dipindang, Hati Jadi Girang

-RSadeli/GerbangJakarta-RSadeli/GerbangJakarta

BETAWIPEDIA. Saban sincia alias tahun baru Tionghoa menjelang, hati berasa girang. Perkaranya apalagi kalau bukan soal pindang Bandeng. Terbayang, lidah bakal dibanjiri aneka rasa istimewa: ada gurih, manis dan sesekali meluncur aroma ‘gosong’ aneka rimpang yang menyembur indra penciuman.

 

“Biar harum, bumbu-bumbunya memang ada yang perlu dibakar dulu. Misalnya, jahe dan kunyitnya. Tapi, selain itu, pemilihan kecap juga menjadi kunci,” sebut Bintan Humeira, perempuan Betawi membuka rahasia sedapnya pindang Bandeng. Lebih lanjut, kandidat Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia ini menyebut, selain kecap, kehadiran pete juga memegang peranan penting. “Ambil aromanya aja, jadi wangi ‘tipis-tipis’,” sebutnya lagi

 

Pindang Bandeng, begitu sebagian orang Betawi menyebutnya, merupakan salahsatu sajian khas saban tahun baru Tionghoa di Tanah Betawi. Masakan ini memang mengundang selera. Pasalnya, Bandeng yang di masak punya ukurannya tak biasa.

 

Sampai 8 Kilogram

 

Bandeng boleh dibilang ikan yang tak punya musim. Maklum, chanos-chanos,  begitu nama latin ikan ini, memang diternakkan di sejumlah tambak di berbagai pulau Nusantara. Sentra untuk di Jakarta, ada di CIlincing, Jakarta Utara Tetapi pasokan buat Ibu Kota, juga terkadang didatangkan dari Semarang, Jawa Barat atau bahkan Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

 

Namun, Bandeng yang biasanya dikonsumsi itu, berukuran tak lebih dari 500 gram per ekor. Nah, khusus saban imlek menjelang, Bandeng yang didagangkan, sengaja dipelihara setahun lamanya.

 

Seperti dikutip dari laman Gerbang Jakarta, Bandeng ukuran jumbo biasanya muncul di  daerah Rawa Belong. Chonus-chonus dijajakan dengan ukuran mulai 1,5 kilogram hingga 8 kilogram, bahkan ada yang mencapai hingga 10 kilogram per ekor.

 

Sumber: