Mencari Jejak Muhammad Masserie
--
Betawipedia– Tak banyak yang mengenal sosoknya. Sulit pula mendapat siapa sebenarnya Muhammad Masserie ini. Secuil informasi mulai terkuak, manakala DR. Siswantari Sijono, M.Hum, berhasil mempertahankan disertasinya pada tahun 2019 lalu. Peraih gelar Doktor dari Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Budaya ini menuliskan penelitiannya yang berjudul “Perhimpoenan Kaoem Betawi 1923-1942: Betawi dan Keindonesiaan.”
Dalam disertasi itu dipaparkan, bagaimana Perhimpoenan Kaoem Betawi menjadi salahsatu organisasi kemasyarakatan yang menjadi ‘kendaraan’ Muhammad Husni Thamrin dalam kiprah perpolitikan Nusantara.
Makalah presentasi DR. Siswantari yang dipaparkan dalam sebuah acara diskusi Betawi Kita tanggal 21 Juli 2019 memperlihatkan, bagaimana peran Muhammad Masserie dalam memupuk semangat perjuangan Indonesia melalui Perhimpoenan Kaoem Betawi.
“Perhimpoenan Kaoem Betawi mengajukan permohonan pendirian perhimpoenan tertanggal 4 April 1923, yang diajukan oleh Masserie dan M. Damiri selaku Ketua dan Sekretaris Perhimpoenan. kemudian diakui pendirian sebagai badan hukum oleh pemerintah kolonial pada 22 Desember 1923. Dalam Besluit Perhimpoenan Kaoem Betawi dinyatakan bahwa perhimpoenan telah berdiri 29 tahun. Jadi kalau mengikuti Besluit tersebut bisa dikatakan bahwa cikal bakal perhimpoenan telah ada pada tahun 1894. Namun, baru diakui sebagai badan hukum pada 22 Desember 1923 oleh pemerintah kolonial.”
Paparan DR Siswantari itu menjelaskan, bagaimana Masserie dan M. Damiri menjadi orang-orang yang berperan dalam diakuinya secara legal Perhimpoenan Kaoem Betawi. Lalu, apa peran penting dari Masserie?
“Masserie ditunjuk Thamrin sebagai ketua pertama Perhimpoenan Kaoem Betawi sejak diakui sebagai badan hukum pada tahun 1923. Dalam Ensiklopedie Nederland Indie (1932), disebutkan bahwa Masserie bersama-sama Thamrin mengajukan Kaoem Betawi kepada pemerintah untuk diakui sebagai badan hukum pada tahun 1923. Masserie ditunjuk sebagai ketua dari Kaoem Betawi karena Thamrin lebih berkonsentrasi dalam Gemeenteraad Batavia dan menjadi bagian dari pemerintahan Batavia, dan bahkan Thamrin diangkat menjadi Loco Burgemeester di Gemeente Batavia, Kesibukan Thamrin membuat ia tidak langsung terlibat dalam Kaoem Betawi. “
Masserie merupakan orang pertama yang didapuk sebagai ketua Perhimpoenan Kaoem Betawi yang sudah dilegalisasi pemerintah Hindia Belanda. Ia menjaga ghirah para pemuda Betawi untuk mewujudkan semangat perjuangan membangun Indonesia. Peran ‘internal’ ini setidaknya membuat suara Kaoem Betawi tetap bergema di kancah perpolitikan Nusantara pada saat itu.
DR. Siswantari juga menuliskan, meski Masserie hanya menjabat selama 2 tahun, tetapi ia merupakan peletak dasar keorganisasian di Perhimpunan Kaoem Betawi.
“Muhammad Masserie merupakan peletak dasar pergerakan perhimpoenan yang beraliran kebangsaan, berusaha menjadikan perhimpoenan sebagai ajang pembentukan solidaritas Betawi. Menjadikan Tjahaja Betawi (surat kabar perhimpoenan) sebagai sarana komunikasi bagi pengurus dan anggota perhimpoenan. Ia juga menggalakkan pendidikan bagi orang Betawi dengan mendirikan sekolah-sekolah perhimpoenan. Masserie juga meluaskan jangkauan perhimpoenan tidak terbatas pada Batavia. Ia mendirikan cabang Perhimpoenan di Bandung pada tahun 1924.”
Sayang, sosok Muhammad Masserie, belum banyak digali sebagai salahsatu pejuang Betawi yang membangun Indonesia masa kini.
foto: Museum Sumpah Pemuda
Sumber: