Putra Betawi, Saksi Peluncuran Satelit Pertama RI

Putra Betawi, Saksi Peluncuran Satelit Pertama RI

--

Betawipedia.com– Dr. Ishadi Soetopo Kartosapoetro, M.Sc, tak ragu menyebutnya sebagai The Best Figure. “Jika di dalam dunia film, dia itu ibaratnya aktor yang paling terkenal,” tulis Direktur Televisi Republik Indonesia (TVRI) periode 1987-1992, dalam catatan menanggapi diterbitkannya buku biografi salahsatu tokoh Betawi yang ditulis jurnalis kawakan yang juga anak Betawi, Lahyanto Nadie.

Bukan tanpa alasan Ishadi berpendapat seperti itu. Pasalnya Putra Betawi dalam biografi ini juga punya catatan penting sebagai salahsatu dari sedikit orang di Indonesia yang menjadi saksi sejarah negeri ini, dalam lompatan dunia komunikasi.

“Sebagai penyiar profesional, prestasi yang pernah dicapainya adalah mewawancarai Presiden Soeharto secara langsung,“ tulis Ishadi tentang Rusdi Saleh, penyiar TVRI kelahiran Tanah Abang, 7 Juli 1942 ini.

Mewawancarai Soeharto pada masa itu, menjadi istimewa lantaran di tahun ke-9 kepimpinan Presiden kedua RI itulah untuk kali pertama Indonesia menorehkan sejarah pertelekomunikasian. Tepat 8 Juli 1976 (sehari setelah Rusdi Saleh mencapai usia 34 tahun) dari Tanjung Caneveral, Florida Amerika Serikat, Indonesia meluncurkan satelit Palapa A1. Atas peluncuran ini, Indonesia menjadi negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki satelit.

Kisah ini diceritakan Ishadi dalam buku “Rusdi : Nasionalisme Sang Penyiar” (2021). Rusdi merupakan penyiar TVRI yang tampangnya selalu muncul pada program-progam unggulan TVRI di era tahun 1970-an. Dalam buku ini, Lahyanto dibantu peliput Fadjriah Nurdiarsih dan Maximus Ali Perajaka menceritakan, bagaimana sepak terjang Rusdi bergulat dengan dunia pertelevisian Tanah Air.

Sebagai anak pejuang kemerdekaan (ayahnya Muhammad Saleh bin Muhammad Iskak) yang kemudian menjadi pengusaha transportasi di Jakarta, Rusdi terbilang sebagai orang yang bekecukupan secara ekonomi. Oleh karena itu, ia pun memiliki kesempatan yang lebih baik dalam mengembangkan keinginannya menjadi ‘orang terkenal’ di masa itu.

Baca juga: Mengunyah Cerpen Mpok Iyah

Sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, lantaran minatnya pada bidang publisistik, ia pun hijrah ke Sekolah Tinggi Publisistik (Sekarang IISIP) untuk mendalami dunia jurnalistik. Impiannya menjadi jurnalis terwujud setelah ia dinyatakan lolos sebagai penyiar TVRI. Pada masa itu, TVRI merupakan satu-satunya televisi yang boleh bersiaran di seluruh Nusantara. Tak ayal, ia pun menjadi sosok yang dikenal oleh jutaan masyarakat Indonesia.

Buku yang disunting Ahmad Djauhar (jurnalis senior) ini juga mengisahkan secara rinci, perjalanan Rusdi Saleh baik sebagai jurnalis yang meliput berbagai event penting di seluruh dunia, maupun Tanah Air. Kecuali Aceh dan Sulawesi Tenggara, seluruh provinsi di tanah Air sudah disinggahi.

Benteng Citra Betawi

Pun demikian perjalananan Rusdi selepas menjadi jurnalis dan berkarya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta (1987-1997)  juga dipaparkan dalam buku ini. Tak luput pula sejumlah aktivitasnya dalam memajukan kebudayaan Betawi untuk menjadi tuan rumah di kampung sendiri. Ia juga mendirikan Lembaga Kebudayaan Betawi, Badan Musyawarah Betawi hingga memperjuangkan Ismail Marzuki, musikus Betawi menjadi pahlawan nasional.

Sosok Rusdi Saleh, oleh Beky Mardani ketua LKB saat ini, dalam catatan di buku ini disebut sebagai benteng citra Betawi. Lantaran sosoknya seolah membalik anggapan masyarakat umum tentang warga Betawi yang dianggap ‘kampungan’.

Baca juga: 127 tahun MH. Thamrin

“Beliau (Rusdi) juga dikenal sebagai tokoh yang kalau berbicara dengan tata bahasa bagus dan diksi yang terpilih,” tulis Beky.

Walau demikian, buku setelah 386 halaman ini, rasanya akan lebih sempurna bila banyak mengeksplorasi kiprah Rusdi Saleh di dunia pertelevisian Indonesia. Misalnya saja, sebagai saksi sejarah lompatan teknologi komunikasi di Indonesia saat peluncuran Satelit Palapa A1, diberikan porsi lebih untuk diceritakan.

Alangkah menariknya bila suasana peliputan dan siaran langsung itu dipaparkan dalam buku ini. Inilah momen di mana Putra Betawi turut menghantarkan kebanggaan bangsa ini menjadi bangsa yang besar.

Sumber: